Kenapa sih anak pertama ga boleh nikah sama anak pertama dan kenapa anak bontot juga ga boleh nikah sama anak bontot. Nih die jawabannye. Cekidotsssss ;;)
Dari hasil bertanya, berdebat dan survey yang aku lakukan, adat yang berupa larangan ini sebenarnya memiliki maksud yang baik, yaitu dalam rangka mewujudkan sebuah keluarga yang bahagia. Dasar penilaiannya adalah dari faktor psikologi anak yang akan menikah tersebut. Yaitu :
Anak pertama, anak sulung atau anak mbarep memiliki kecenderungan sifat psikologi :
Memimpin dan melindungi
Memiliki keputusan sendiri
Mandiri dan merasa bisa sendiri tanpa orang lain
Suka mengatur dan tidak mau diatur
Tidak mudah menerima pendapat orang lain.
Anak terakhir atau anal bontot atau anak ragil memiliki kecenderungan sifat psikologi :
Manja dan suka ketergantungan kepada kakak atau orang tua
Cenderung penurut pada kakak dan orang tuanya
Nah coba bayangkan jika anak pertama ketemu dengan anak pertama !
Hasilnya adalah cenderung mereka akan selalu bertengkar, kekeh pada pendapat dan pikiran sendiri, susah untuk mengerti satu sama lain. Inilah yang dikhawatirkan oleh orang jawa atau suku lain terhadap pernikahan antara anak pertama dengan anak pertama
Kemudian bayangkan jika anak terakhir menikah dengan anak terakhir !
Hasilnya adalah keluarga yang tidak mandiri, masih menggantungkan pada orang tua atau saudara. Kepala keluarga yang tidak tegas, hal ini tentunya tidak baik bagi masa depan keluarga nantinya
Dan kemudian bayangkan jika anak pertama menikah dengan anak terakhir !
Inilah kondisi ideal yang diharapkan atau dicari oleh orang jawa dalam mencarikan atau menyetujui jodoh untuk anaknya. Kedua kecenderungan psikologi akan saling melengkapi. Apa lagi kalau yang anak pertama adalah laki-lakinya, yang anak terakhir adalah wanitanya. Cocok sekali untuk menjadi suami istri.
Nahhhh, sekarang udah tau kan? ;)
0 komentar:
Posting Komentar